sehat site

selamat datang di blog kami
dapatkan info -info berguna
yang menambah wawasan anda

Rabu, 21 Oktober 2009

Deteksi Kolitis Ulseratif


Pada stadium dini  penyakit ini tidak mudah dibedakan

Inflamatory bowel disease(IBD) selalu menarik dibicarakan karena tidak mudah penyakit ini didiagnosis, tidak ada gambara klinis yang khas, gambaran endoskopi tidak spisifik, begitu juga gambaran histopatologi.Gejala klinis penyakit ini adalah nyeri dan kram perut, diare kronis bercampur darah, suhu badan meninggi, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan anemia akibat kehilangan darah yang kronis.
Pemeriksaan radiologi punya peranan penting sebagai penunjang untuk membantu menegakan diagnosis penyakit ini.
Pemeriksaan barium  enema sampai saat ini masih merupakan pemeriksaaan utama pada kasus kasus kolon. Barium enema memberikan gambaran pasti untuk kolitis ulseratif dan penyakit crohn, sehingga pemeriksaan barium enema dapat membedakan kedua penyakit ini.

Kolitis Ulseratif
Kolitis ulseratif merupakan penyakit inflamasi pada kolon yang menyerang mukosa dan submukosa. Gejala paling menonjol adalah diare. Mula-mula, diare terjadi tanpa darah yang kemudian berkembang menjadi diare bercampur darah. Manifestasi ekstraintestinal dapat terjadi di hepar, tulang dan kulit. Kejadian adenokarsinoma kolon juga meningkat pada pasien.Dr.I wayan Murna Sp.Rad. memaparkan gambaran radiologi kolitis ulseratif dan penyakit crohn dalam update in gastroenterologi 2005 sebagai berikut:

Gambaran Radiologi
1.   Foto Polos
Umumnya terhadap foto polos abdomen, perhatian kita cenderung terfokus pada kolon.Gambaran kolon terlihat memendek dan struktur haustra meghilang. Sisa feses pada daerah inflamasi tidak ada, sehingga bila seluruh kolon terkena maka materi feses tidak akan terlihat dalam abdomen. ini disebut empty abdomen.Kerap kali usus dapat mengalami dilatasai berat.(toxic megacolon) yang sering menyebabkan kematian apabila tidak dilakukan tindakan segera. Kalau terjadi perforasi usus, dengan foto polos bisa dideteksi adanya pneumoperitoneum, terutama pada foto abdomen posisi tegak atau left lateral decubitus (LLD) maupun pada foto thoraks tegak.
Foto polos abdomen juga merupakan pemeriksaan awal untuk melakukan pemeriksaan barium enema. Bila pemeriksaan  foto polos abdomen ditemukan tanda-tanda perforasi, pemeriksaan barium enema tidak dilakukan.

2.   Barium enema
Pemeriksaan barium enema dapat dilakukan denga teknik kontras tunggal (single contrast) atau kontras   ganda (double contrast) yaitu barium sulfat dan udara.Teknik double contast sangat baik untuk menilai mukosa kolon dibandingkan dengan teknik single contast, walupun prosedur pelaksanaan teknik double contrast cukup sulit. Barium enema juga merupakan kelengkapan pemeriksaan endoskopi atas dugaan pasien dengan kolitis ulseratif.
Gambaran foto barium enema pada kasus dengan kolitis ulseratif adalah mukaosa kolon yang granuler dan menghilangnya kontur haustra serta kolon tampak kaku seperti tabung. Perubahan mukosa terjadi secara difus dan simetris pada seluruh kolon. Lumen kolon menjadi lebih sempit akibat spasme. Dapat ditemukan kerterlinbatan seluruh kolon. Tapi, bila ditemukan lesi yang segmental maka rektum dan kolon kiri(descenden) selalu terlibat, karena awalnya kolitis ulseratif mulai terjadi di rektum dan menyebar ke arah proximal secara berkelanjutan. Jadi rektum selalu terlibat, walaupun rektum dapat mengalami inflamasi lebih ringan dari pada bagian proximal.
Pada keadaan di mana terjadi pan ulseratif kolitis kronis, perubahan juga dapat terjadi di ileum terminal.Mukos ileum terminal menjadi granuler difus dan dilatasi, sekum berbentuk kerucut(cone shaped cecum) dan katup ileosekal terbuka sehingga terjadi refluks, yang disebabkan backwash ileitis. Pada kasus kronis, terbentuk ulkus yang khas yaitu collar button ulcers.Pasien dengan colitis ulsertaif juga menanggung resiko tinggi terjadi adenokarsinoma kolon.

3.   Ultrasonografi
Pada pemeriksaan USG kasus dengan ulseratif didapati penebalan dinding usus yang simetris dengan berkurangnya kandungan lumen kolon. Mukosa kolon yang terlibat tampak menebal dan berstruktur hipokhoik, yang disebabkan edema usus menjadi kaku, berkurangnya gerakan peristaltik dan hilangnya haustra kolon.Dapat ditemukan target sign atau pseudokidney sign pada potongan tranversal atau cross-sectional.Dengan USG doppler selain dapat dievaluasi penebalan dinding usus dapt pula dilihat adanya hypervaskuler pada dinding usus tersebut. endoskopi ultrasonografi tidak banyak berperan dalam membedakan ulsertif dan kolitis crohn.

4.   CT Scan dan MRI
Gambaran ct scan pada kolitis ulseratif adalah adanya penebalan dinding usus secara simetris dan kalau terpotong secara cros sectional akan terlihat gambaran target sign. Komplikasi di luar usus bisa terdeteksi dengan baik, seperti adanya abses atau fistula atau keadaan abnormalitas yang melibatkan mesentarium.MRI dapat dengan jelas memperlihatkan fistula dan sinus tract-nya.

Sumber: ethical digest no.25 thn IV Maret 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger